CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 14 Maret 2008

teknologi informasi

Tekni informasi

Istilah TI (Teknologi Informasi) atau IT (Information Technology) yang populer saat ini adalah bagian dari mata rantai panjang dari perkembangan istilah dalam dunia SI (Sistem Informasi) atau IS (Information System). Istilah TI memang lebih merujuk pada teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun mengolah informasi, namun pada dasarnya masih merupakan bagian dari sebuah sistem informasi itu sendiri. TI memang secara nota bene lebih mudah dipahami secara umum sebagai pengolahan informasi yang berbasis pada teknologi komputer yang tengah terus berkembang pesat.
Sebuah Sistem TI atau selanjutnya akan disebut STI, pada dasarnya dibangun di atas lima tingkatan dalam sebuah piramida STI. Berurutan dari dasar adalah : konsep dasar, teknologi, aplikasi, pengembangan dan pengelolaan.
Teknologi Informasi (TI) alat bantu yang sangat effektif bagi seseorang, sebuah institusi atau sebuah negara – jika mereka bertumpu pada kekuatan otaknya dan bukan pada kekuasaan, jabatan, kekayaan, kekuatan otot semata. Dengan kurang dari 5% rakyat berpendidikan tinggi, sulit bangsa kita untuk menang berkompetisi di era globalisasi yang berbasis informasi & pengetahuan; walaupun dibantu oleh komputer secanggih apapun.

Dalam kebijakan nasional, Teknologi Informasi (TI) menjadi kunci dalam dua (2) hal - effisiensi proses dan memenangkan kompetisi. Andai kan Gus Dur mau berkata, “Urusan KTP, perijinan, surat tanah harus dapat selesai dalam waktu 15 menit, tanpa perantara & transparan” sebuah parameter kontrol effisiensi proses yang ekstrim. Alat bantu TI akan mendorong e-Government & effisiensi proses. Sialnya, alat bantu TI tidak ada artinya kalau kualitas & budaya SDM dibelakang-nya kurang baik. Political will Gus Dur & Yahya Muhaimin untuk menyatakan “40% tenaga kerja harus berpendidikan tinggi” secara taktis diimplementasikan dengan “Memasukan TI sebagai kurikulum wajib sejak Sekolah Dasar SD” menjadi dasar memperkuat otak bangsa & memenangkan kompetisi di era globalisasi. Infrastruktur akses ke dunia informasi kunci keberhasilan implementasi pernyataan politik di atas. Semua jadi bagian integral Gerakan Nasional Telematika (
genetika@yahoogroups.com) yang dicanangkan Luhut & Hikam akhir Januari 2001 lalu.

Sistem Operasi Linux Berbahasa Indonesia
Teknologi Informasi (TI) berbahasa Indonesia sempat di sentil oleh Gus Dur. Pernyataan Gus Dur sudah basi bagi kami yang memakai sistem operasi Linux. Tanpa di minta beberapa aktifis Linux berjibaku mengembangkan TI berbahasa Indonesia. Mereka terutama di motori I Made Wiryana dan kakaknya Wayan dari Trustix
http://www.trustix.co.id. Trustix Merdeka (http://merdeka.trustix.co.id) adalah Linux karya Trustix untuk bangsa Indonesia & berbahasa Indonesia pula. CD Trustix Merdeka dibahas & disebarkan gratis di majalah InfoLinux (http://www.infolinux.co.id) edisi Februari 2001. InfoLinux digerakan oleh komunitas Linux berpemegang saham ~50 orang.

Selain Made & Wayan, banyak aktifis Linux Indonesia yang berkiprah untuk negeri ini, misalnya aktifis yang tergabung di Linux Documentation Project LDP menterjemahkan berbagai naskah & dokumentasi seperti HOWTO ke bahasa Indonesia. Aktifitas Pengguna Linux Indonesia (KPLI) bisa dibaca di
http://www.linux.or.id. Team Pandu http://pandu.dhs.org dengan gigih mensosialisasikan Linux berbentuk naskah, tulisan & buku berbahasa Indonesia & di sebarkan gratis. Sebagian besar istilah TI sudah di Indonesia-kan sejak tiga (3) tahun lalu oleh Pusat Bahasa yang berlokasi di sekitar Rawamangun, Jakarta.

Linux menarik bagi WARNET, karena memungkinkan penggunaan komputer tua 286, 386 & 486 sebagai terminal murah tanpa disket & harddisk untuk akses Internet seperti dilakukan
Umar@pointer.web.id di Warnet Pointer di Medan. Linux memungkinkan server, peralatan komunikasi tanpa kabel dibuat sendiri di Indonesia seperti dilakukan oleh teman-teman WARNET di Makasar, Medan, Bandung, Malang, Yogya dll.

Linux fenomena luar biasa, seperti desa mengepung kota – kaum lemah, bersatu saling tolong mengembangkan perangkat lunak Linux, semua program (source code) dibuka & di sebarkan secara gratis melepaskan hak ciptanya untuk kepentingan publik sehingga semua orang bisa belajar karena tidak di tutupi, sebuah pengorbanan yang luar biasa. Linux legal digunakan secara gratis, tidak membajak software - predikat memalukan yang melekat di bangsa Indonesia sebagai 10 negara pembajak software terbesar di dunia – tidak perlu di sandang oleh bangsa ini jika Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di tegakan secara benar oleh aparat, sweeping & bersihkan pembajak software Microsoft. Bagi yang tak mampu membeli Microsoft, Linux yang gratis tidak membajak menjadi alternatif pilihan yang legal, di sertai program terbuka dan berbahasa Indonesia pula.

Akses ke dunia Informasi & Pengetahuan
Akses ke dunia informasi & pengetahuan menjadi rintangan real maupun psychologis. Secara psychologis, banyak guru, kepala sekolah & yayasan memperoleh persepsi bahwa Internet, komputer adalah mahal & merusak ahlak. Banyak guru kurang berminat pada hal baru seperti komputer. Tak terpikirkan hal positif dari benda-benda tersebut, seperti pisau – komputer & Internet bisa bermata dua.

Konsep Warung Internet (WARNET) yang di implementasi di SMK oleh DIKMENJUR (
dikmenjur@yahoogroups.com) membuktikan keberhasilan mengintegrasikan 400+ SMK di seluruh Indonesia sebagian secara swadaya masyarakat. Siswa menanggung beban sangat rendah Rp. 1000 /siswa/bulan untuk akses e-mail Internet seperti di SMKN1 Ciamis. Artinya teknologi informasi & akses Internet dapat menjadi fasilitas swadana di sekolah. Investasi fasilitas Rp. 20-50 juta / sekolah bisa kembali dari iuran siswanya sendiri dalam waktu 1-1.5 tahun saja. Pendidikan jarak jauh menjadi mungkin, jaringan 20+ perpustakaan digital telah berkembang oleh Indonesia Digital Library Network http://idln.itb.ac.id & Indonesia CyberLibrary Network i_c_s@yahoogroups.com. Pemerataan pengetahuan, pemenuhan hak asasi manusia untuk berkomunikasi & berperan di dunia informasi seperti di tuangkan dalam TAP MPR XVII/MPR/1998 dipenuhi tanpa perlu berhutang pada Bank Dunia, ADB & IMF.

Dunia pendidikan paling strategis karena masa depan bangsa di tentukan oleh anak bangsa yang pandai bukan yang berotot & berkuasa. Massa orang pandai dan menggunakan Internet pada hari ini hanya 2 juta orang (menurut APJII). Dengan kekuatan 1% saja, Indonesia akan dilibas oleh negara tetangga di era globalisasi. Strategi sederhana harus di galakan, jumlah SMU, SMK, Pesantren, PTS di seluruh Indonesia hanya sekitar 25.000 buah. Dephub POSTEL harus berani mengambil inisiatif kebijakan untuk memaksa mekanisme Universal Service Obligation (USO) untuk mengorbankan 25.000 saluran telepon dari 10 juta total saluran yang ada untuk memandaikan anak bangsa. Di samping, membebaskan frekuensi ISM band 2.4GHz & 5.8GHz. Jika di tunjang kemudahan dari INDAG, Bea Cukai, PMA, Pajak dll. Bukan mustahil lima (5) tahun lagi kita melihat 20 juta (10%) bangsa ini menjadi pandai & harus diperhitungkan oleh masyarakat internasional dalam kompetisi era globalisasi.

Perjuangan di akses Internet terutama akan bertabrakan dengan Telkom & KSO-nya serta pengatur frekuensi di negara ini. KSO Telkom secara semena-mena telah menaikan biaya langganan menerima telepon (dial-in) menjadi Rp. 300.000 / bulan (dari Rp. 30.000 / bulan) bagi ISP di Bali, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra tanpa persetujuan Pemerintah & DPR. Hal ini akan mematikan akses informasi & pengetahuan bagi sebagian bangsa ini.

Konsekuensinya, beberapa rekan di Koperasi Warnet Bandung (KOWABA), Asosiasi Warnet Surabaya, Jogya, Malang & kota lain yang kreatif melalui
asosiasi-warnet@yahoogroups.com bahu membahu bekerjasama membangun WARNET Broadband karena sangat sulit & mahal sekali menyewa leased line broadband ISDN maupun DSL 1-2Mbps dari Telkom. KOWABA (kowaba@yahoogroups.com) dimotori aktifis WARNET seperti Aday & Zilmy merupakan contoh sukses keberhasilan implementasi WARNET Broadband (asosiasi-warnet-broadband@yahoogroups.com) tanpa tergantung sama sekali kepada Telkom, beberapa puluh WARNET di Bandung bersatu & bekerjasama menyamakan tarif dan menyewa bandwidth ke Internet 1Mbps 1:1 melalui satelit, kemudian di distribusikan menggunakan peralatan microwave 2.4GHz buatan sendiri. Iuran sebesar Rp. 4-5.5 juta/warnet/bulan sangat murah untuk kecepatan total satu (1) Mbps 1:1 & kompetitif dibandingkan sewa akses 64 Kbps 1:4 melalui Telkom & ISP seharga Rp. 8-10 juta/bulan/warnet. Tunjangan broadband ISP seperti Melesat, PesatNet, 88Direct, TurboNet, Rainbow2u memarakan suasana. WARNET broadband memungkinkan membuat jaringan masyarakat tanpa tergantung sama sekali Telkom maupun utangan Bank Dunia, ADB & IMF. Penghasilan WARNET naik dari rata-rata Rp. 200.000 / hari menjadi sekitar Rp. 1 juta / hari setelah menjadi WARNET broadband, sebab pelanggan mendapat kualitas baik.

Akses microwave 2.4GHz & 5.8GHz ISM band sebagai secondary service menjadi solusi utama akses Internet broadband 2-11Mbps di Indonesia. Di Bandung saja paling tidak ada 100-an WARNET yang menggunakan akses microwave. Sesuai peraturan International Telecommunication Union (ITU) S5 peralatan di 2.4GHz & 5.8GHz tahan interferensi & tidak menghasilkan interferensi di luar band tsb. karena kecil-nya daya. Konsekuensinya, di banyak negara, Peralatan ISM band secondary service dibebaskan dari ijin pada peralatan instrumentasi, kedokteran, sains, kamera digital, handphone, komputer & berbagai peralatan telekomnunikasi data. Peralatan ISM band umumnya di produksi massal dengan teknologi gigi biru (bluetooth) yang murah & berdaya kecil.

Walaupun di banyak negara di bebaskan - tampaknya perjuangan masih panjang bagi rakyat Indonesia, karena bagian pengatur frekuensi di DITJEN POSTEL sedang berusaha untuk mengharuskan ijin bagi penggunaan ISM Band secondary service tsb. Mungkin kurang pemahaman aparat POSTEL akan kondisi lapangan, atau karena permintaan 2.4GHz oleh Telkom seperti diakui D. Amarudien, Vice President Telkom - menyebabkan kebijakan yang kurang berpihak pada masyarakat banyak. Padahal, ISM band merupakan solusi alternatif sebagian besar WARNET, sekolah, institusi dll. yang kesulitan memperoleh saluran Telkom & sering kali mahal. Selain itu, sulit meregulasi produksi massal seperti peralatan ISM band. Sialnya, prosedur birokrasi yang dibuat-buat justru akan menghambat kreatifitas & perkembangan dunia telematika Indonesia sendiri. Akhirnya berdampak mematikan akses bagi masyarakat Indonesia ke dunia informasi & pengetahuan yang pada dasarnya melanggar HAM yang tertera di TAP MPR XVII/MPR/1998. Dalam bahasa religius, untuk membesarkan sebuah bangsa Zakat, Infaq & Shadaqah merupakan bagian integral dari proses pensejahteraan. Alangkah indahnya bila sebagian komoditi bisa di-Infaq-kan untuk mensejahterakan umat.

Fenomena Dotcom
Dengan berkembangnya akses & massa pengguna Internet di Indonesia, memicu perkembangan usaha di atas Internet yang kita kenal sebagai dotcom.

Kehancuran dotcom di awal tahun 2000 menjadi pelajaran bagi banyak dotcommers di dunia. Model bisnis yang baik mengurangi kebakaran modal yang selama ini menjadi ciri banyak dotcommers. Dengan model bisnis yang tepat & baik, beberapa dotcom Indonesia ternyata bisa survive dan terus berkiprah dengan baik. Detik.com dan Kompas.com merupakan contoh sukses bagi banyak dotcommers Indonesia. Media online memang menjadi primadona model dotcommers yang sukses di banyak negara.

Tentunya masih banyak dotcommers yang juga bisa survive di Indonesia dengan fokus usaha yang tajam. Indosatcom
www.dagang2000.com bekerjasama dengan www.meetchina.com memfokuskan pada fasilitasi perdagangan elektronik B2B (bukan B2C seperti kebanyakan dotcommers). Pola hybrid antara perdagangan secara real / fisik di satukan dengan dunia cyber menjadikan konvergensi dagang yang sempurna. LippoShop.com berbeda dengan dagang2000.com, mereka memfokuskan lebih kepada B2C dengan start awal captive market Lippo yang sudah ada. Pola hybrid juga dilakukan yang ternyata menunjukan bahwa ~90% transaksi melalui metoda konvensional bukan Internet demikian diakui oleh Parapak salah seorang Komisaris LippoNet. APEC pada saat ini sangat aktif menginternetisasi negara APEC. E-commerce adalah salah satu yang paling gencar dengan adanya APEC High Level Symposium on E-Commerce and Paperless Trading di Beijing 9-10 February 2001.

Komunitas yang fokus menjadi karakter utama model bisnis dotcommers sukses. RadioClick.com bermitra dengan stasiun radio swasta di berbagai kota & menggarap komunitas di radio tsb. Pemberdayaan keberadaan komunitas menjadikan usaha win-win antara dotcommers dengan komunitasnya. Natnit.net menggarap komunitas WARNET di seluruh Indonesia, melalui majalahnya interaksi dilakukan. Data lengkap 1200+ WARNET yang bertambah 4-10 WARNET / hari dapat dilihat di Natnit.net. IndoExchange.com salah satu portal tertua Indonesia contoh sebuah dotcom yang fokus pada masyarakat industri finansial / bursa. Informasi keuangan, berita bisnis, index saham, portfolio berbagai perusahaan menjadi secara transparan sehingga menarik pemain bursa berlangganan ke IndoExchange.com. Bagi para traveller, turis akan sangat terpikat pada BaliOnLine indo.com. Mereka contoh beberapa dotcommers Indonesia yang sukses berkiprah di komunitasnya.

Keberhasilan para dotcommers menarik banyak usaha pendukungnya. Internet Data Center (biz.net.id) membuka peluang untuk menyimpan data dalam jumlah besar dan murah di Internet. Usaha mendata dotcommers dilakukan oleh beberapa portal seperti indopage.com, searchindonesia.com & bluebookdirectory.com.

Keahlian Web programmer & teknisi jaringan Internet amat dicari. Memang kebanyakan ilmu Internet dapat dipelajari sendiri di Internet melalui mailing list, web, manual perangkat lunak. Sialnya, kesempatan itu masih sangat terbatas bagi dua (2) juta orang Indonesia saja. Dukungan berbagai media cetak, seperti Chip, Infokomputer, NeoTek, PCPlus, DotCom, DotNet dll. sangat bermanfaat. Alangkah baiknya inisiatif seperti SMK plus TI (
smk-ti@yahoogroups.com) yang di motori DIKMENJUR dapat dikembangkan ke jenjang sekolah lainnya baik SMP & SMU. Sekolah Tinggi Informatika (STMIK dll) tampaknya menjadi tumpuan untuk supply SDM TI. Mereka sering kali lebih siap pakai dibandingkan PTN untuk mensupply kelangkaan tenaga TI yang banyak di isi orang asing khususnya India.

Internet Telepon
Harus kita akui bahwa sebagian besar rakyat Indonesia masih berpendidikan rendah. Dalam kondisi masyarakat demikian, komunikasi verbal (suara) menjadi sangat dominan dibandingkan dengan komunikasi tertulis.

Teknologi Internet telepon (VoIP) di akui dapat mereduksi tarif SLJJ & SLI menjadi 1/8 s/d 1/10 dari tarif telekomunikasi yang ada sekarang. Internet Telepon menjadi solusi alternatif yang sangat menarik bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang tidak mampu membayar tarif SLJJ & SLI yang mahal.

Alhamdullillah, tampaknya ada kesepakatan persepsi bahwa Internet Telepon (VoIP) melalui komputer tidak memerlukan ijin. Sedang, jasa VoIP komersial melalui jaringan telepon Telkom tetap harus memohon ijin lisensi dari POSTEL. Yang termasuk dibebaskan dari ijin adalah VoIP melalui komputer yang tersambung ke Internet, komputer di WARNET, komputer di kompleks perkantoran, bahkan jika kreatif dan di kembangkan terus bukan mustahil akan dapat berkembang menjadi internet telepon untuk RT/RW-net, kecamatan dsb. karena teknologi-nya sangat memungkinkan untuk dikembangkan dengan sangat murah dengan investasi US$100/saluran lebih murah dari Telkom yang US$1000/saluran.

Umumnya komputer multimedia dengan soundcard siap untuk internet telepon yang sah & tanpa perlu ijin. Untuk memperbaiki kualitas suara, biasanya ditambahkan peralatan pemroses sinyal (Digital Signal Processing – DSP) berupa kartu antarmuka atau alat tambahan. Kartu / alat tambahan ini berkisar antara US$50-99 per buah. Yang paling murah adalah VoIP blaster dari Creative
http://www.creative.com yang dapat dihubungkan ke kanal USB di PC. Review berbagai peralatan VoIP ada di http://www.pulver.com/gateway/.

Akhirnya
Teknologi Informasi (TI) seperti juga teknologi lainya merupakan alat bantu manusia untuk mencapai tujuan. Manusia dengan kekuatan otaknya yang akan menentukan kesejahteraan bangsa ini, pendidikan menjadi kunci utamanya – bukan kekuasaan & kekuatan.




0 komentar: